Sunday, August 4, 2024

Analisis Kasus Sosial "Balita 2,5 Kecanduan Merokok"

sumber : kumparan.com

sumber : sukabumiupdate.com

I. Gambaran Permasalahan Subjek

Seorang balita 2,5 tahun berinisial RF sudah kecanduan rokok sejak satu bulan terakhir. Perilaku kecanduan mengkonsumsi rokok tersebut bermula dari rasa penasaran RF saat melihat orang-orang di lingkungannya yang mayoritas mengkonsumsi/menghisap rokok. RF ingin memenuhi rasa penasarannya untuk merokok setelah melihat ada seseorang yang membuang puntung rokok di dekat rumahnya, yang kemudian RF mulai mencoba menghisap rokok dari sisa orang tersebut, bahkan Ibu RF sempat memergoki anaknya mengumpulkan puntung rokok dalam satu kantung kresek kecil. RF sering meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke warung untuk membeli kopi dan rokok. Dalam sehari RF bisa menghabiskan sampai dua bungkus rokok. RF juga sering meminta rokok kepada orang lain yang lebih dewasa bila keinginannya untuk merokok dilarang oleh pihak keluarga. Jika keluarga melarang RF mengkonsumsi atau menghisap rokok, RF seringkali merengek dan marah bahkan sampai mencakar orang tuanya, hingga kemauannya tersebut dituruti. RF cenderung terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya dikenakan balita tersebut merupakan anak bungsu dari lima orang bersaudara. Balita berusia dua setengah tahun tersebut telah mendapat pengawasan medis dari puskesmas setempat. 

II. Identifikasi Penyebab Permasalahan

  • Faktor Internal (Dalam diri Individu)

  1. Rasa Ingin tahu. Masa kanak-kanak merupakan masa pengenalan terhadap lingkungan sosial. Pada masa ini anak akan sangat memperhatikan apapun yang yang ada di sekitarnya. Keingintahuannya tersebut diwujudkan dalam usaha untuk meniru berbagai perilaku yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Anak cenderung memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar, rasa keingintahuan ini dapat didukung oleh keinginan anak untuk menjadi sama dengan perilaku orang-orang di sekelilingnya.

Sunday, July 28, 2024

Analisis Film "SPLIT" (2016)


Psychologist session with Barry/Dennis Personality


I. Gambaran Permasalahan Subjek

Film ini bercerita tentang seorang pria bernama Kevin Wendell Crumb, yang diketahui memiliki lebih dari satu wujud kepribadian dalam dirinya, yakni sebanyak 23 kepribadian. Kevin menderita gangguan mental yang disebut dengan Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda. Gangguan kepribadian ini mulai muncul akibat dari pengalaman traumatis yang dialami oleh Kevin di masa kecil. Dalam film ini terdapat 5 wujud kepribadian kevin yang lebih dominan sering muncul, yaitu:

  1. Barry: merupakan karakter yang suka menggambar atau mendesain pakaian wanita. Barry memiliki kekuasaan untuk menentukan giliran wujud kepribadian mana yang berhak mendapatkan cahaya (mengambil alih tubuh Kevin). Barry juga merupakan satu-satunya karakter yang ada dalam diri kevin yang rela dihilangkan dari dalam diri Kevin, salah satunya mengupayakan kesembuhan Kevin dengan pergi ke psikiater, diperlihatkan dalam beberapa scene film Barry selalu rutin mengunjungi seorang psikiater bernama Dr. Fletchter untuk berkonsultasi mengenai perkembangannya dan kepribadian-kepribadian lainnya yang ada dalam diri Kevin.

Sunday, July 21, 2024

Analisis Kasus Sosial "Budaya Menangkap Paus Lamalera"

sumber : profauna.net

sumber : KabarPedia


I. Gambaran Masyarakat

Lamalera merupakan sebuah kampung yang terletak di Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT). Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat yang memandang laut dan darat mempunyai pengaruh hubungan yang saling timbal balik. Apa yang dilakukan seseorang di darat akan mempengaruhi apa yang akan terjadi di laut, begitu pun sebaliknya. Pengetahuan masyarakat terhadap hubungan laut dan alam memunculkan persepsi bahwa perilaku yang sesuai dengan norma yang dianut harus selalu dilakukan agar ekosistem selalu stabil dan dapat dimanfatkan secara berkelanjutan. Keyakinan ini pula yang menjadikan prosesi penangkapan paus yang merupakan mata pencaharian utama di Lamalera mengandung nilai dan norma yang khas.

Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat dengan tradisi yang dipengaruhi oleh ajaran Katolik, karena daerah Lamalera termasuk salah satu daerah penyebaran Katolik pertama di Indonesia. Masyarakat melakukan berbagai ritual yang berkaitan dengan penangkapan paus, diantaranya perayaan misa arwah yang dilaksanakan di pantai depan Kapel Santo Petrus yang dipimpin oleh seorang Pastor. Misa dilanjutkan keesokan harinya dengan misa lefa dan pemercikan air suci ke perahu-perahu. Sedangkan upacara ceremoti dihadiri oleh seluruh masyarakat di kampung Lamalera untuk membicarakan seluruh persoalan terutama persoalan mengenai perburuan dengan berbagai tahapan yang telah disepakati bersama dan harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.

Dalam perspektif psikologi, agama mempunyai pengaruh yang besar dalam setiap perilaku yang muncul. Dasar pengetahuan agama merupakan spirit yang cukup besar dalam menjaga keberlangsungan kearifan lokal atau justru menjadi dasar munculnya kearifan lokal. Pemaknaan lingkungan yang kaya akan nilai-nilai keterikatan dengan alam ditunjukkan dalam prosesi penangkapan paus yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana yaitu layar, tali (yang terbuat dari benang kapas, daun gebang dan serat kulit waru), pancing, tempuling atau harpun, peledang (perahu) dari kayu, sampan, galah tempat menamcapkan harpun untuk menombak, alat untuk menggayung air, gentong air, dan faje (alat untuk mendayung). Hal ini sangat berbeda dengan yang dilakukan sebagian penduduk di luar Lamalera yang melakukan perburuan dengan menggunakan peralatan yang merusak lingkungan. Penangkapan paus yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera hanya bertujuan untuk konsumsi masyarakatnya, dan bukan untuk keperluan niaga yang bertujuan mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.

Selain teknik penangkapan, masyarakat Lamalera juga menentukan jenis dan kondisi paus yang dapat ditangkap yaitu paus sperm yang dalam kondisi tidak hamil. Paus biru dilindungi dan tidak menjadi sasaran penangkapan karena berdasarkan mitologi yang diyakini oleh masyarakat secara turun temurun, paus biru pernah berjasa menolong penduduk Lamalera yang mengalami kecelakaan di laut. Oleh karena itu, paus biru harus dihormati dan tidak boleh ditangkap.

Masyarakat Lamalera tidak hanya memiliki kearifan terhadap sumber daya alam, namun juga kearifan yang sangat mulia terhadap sesamanya. Masyarakat menempatkan para janda, fakir miskin dan anak yatim piatu pada posisi utama dalam pembagian hasil laut, yang menunjukkan tingginya naluri prososial yang dimiliki oleh masyarakat Lamalera. Tubuh koteklema dinilai telah memiliki peta khusus untuk pembagian, misalnya selain daging dan lemaknya, para pemilik kapal berhak mendapatkan bagian dari jantung dan sayatan bagian ekor diberikan kepada matros yang ikut membunuh paus. Semua penduduk telah mengetahui bagian mana yang sudah menjadi haknya, dan hak tersebut telah diatur berdasarkan perannya dalam perburuan paus maupun perannya dalam hubungan sosial.

Kesahajaan juga sangat tercermin dalam mekanisme pasar yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera. Masyarakat masih mempertahankan sistem barter dalam memperoleh barang kebutuhan. Di atas pegunungan ada desa yang dinamakan Wulandoni, yang setiap hari Sabtu sering dilakukan pasar barter. Banyak pendatang membawa barang seperti jagung, pisang sampai bahan bahan kebutuhan rumah tangga yang ditukarkan dengan daging paus. Aktivitas barter tersebut bukan hanya menjadi bagian dari aktivitas yang telah dilakukan secara turun temurun, namun melalui sistem barter masyarakat Lamalera dapat terjaga dari dampak negatif pertarungan ekonomi global yang sangat ditentukan oleh naik turunnya nilai tukar mata uang. Sistem barter mengandung nilai-nilai yang sangat arif yang ingin dijaga oleh masyarakat Lamalera.

II. Teori Pendukung Analisis

Psikologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu psikologi yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lebih jelas Holahan (1982) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai bidang psikologi yang meneliti hubungan timbal balik antara lingkungan fisik dengan tingkah laku dan pengalaman manusia. Hubungan timbal balik disini bermakna memposisikan perilaku manusia dan kondisi lingkungan sebagai sentral dalam pembahasan permasalahan lingkungan.

Perilaku manusia sebagaimana dikemukakan dalam Gestalt disebabkan oleh proses-proses persepsi, sehingga mempelajari proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting daripada mempelajari perilaku manusia yang tampak. Sementara itu, teori medan dari Kurt Lewin menjelaskan hubungan antara manusia dengan alam, dimana perilaku manusia merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme. Teori ekologi ini mempunyai asumsi dasar yaitu: a) perilaku manusia terkait dengan koteks lingkungan, b) interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dengan lingkungan, c) interaksi manusia dengan lingkungan bersifat dinamis, dan d) interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam beberapa level dan tergantung pada fungsi. Salah satu teori yang didasarkan pada pandangan ekologis adalah behaviour setting (setting perilaku). Teori behaviour setting lebih menekankan pada perilaku kolektif, yakni hubungan antara manusia dengan lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktifitas tipikal, dan karakteristik fisik.

Dalam konteks kehidupan sosial, teori ekologis ini merupakan pendekatan yang dapat menerangkan munculnya kearifan lokal dari sudut pandang psikologi lingkungan. Sedangkan teori-teori yang lain dapat bermanfaat untuk menjelaskan dinamika psikis sosial masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan dari lingkungan. Pola adaptasi yang mengandung karakteristik sosial (kebiasaan, aturan, aktifitas tipikal, dan karakteristik fisik) akan dapat membentuk kepribadian yang khas dari masyarakat. Ketika pola adaptasi ini dilakukan secara kolektif maka akan mencerminkan kepribadian kolektif atau kepribadian masyarakat. Kepribadian ini kemudian disepakati dalam bentuk norma-norma yang harus ditaati masyarakat secara turun temurun, yang kemudian membentuk sebuah kearifan lokal. 

Kearifan lokal merupakan produk dari hubungan perilaku masyarakat terhadap alam dan sebaliknya hubungan alam terhadap perilaku masyarakatnya, termasuk norma-norma yang terkait dengan pengetahuan, teknologi, kepercayaan dan kelembagaan yang dipraktekan oleh masyarakat selama bertahun-tahun dalam mengelola sumberdaya alam yang ada, yang bertujuan agar keseimbangan ekosistem selalu terjaga. Bentuk kearifan lokal yang dimiliki suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya sesuai dengan setting lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah tersebut.

III. Analisis Dengan Teori Komponen Latar Sosial

Teori komponen latar sosial berdasarkan pada novel Suara Samudra Catatan Lamalera karya Maria Matildis Banda, "Kearifan Lingkungan Pada Masyarakat Lamalera" dan "Tradisi Berburu Paus Desa Lamalera Ntt". Latar sosial berkenaan dengan aspek-aspek berikut: 1) Budaya, 2) Keyakinan, 3) Pola pikir, 4) Sikap, 5) Status sosial, 6) Organisasi sosial, 7) Kesenian, dan 8) Bahasa.

  1. Aspek Budaya. Wujud budaya lebih dominan digambarkan dalam kegiatan perburuan mamalia paus yang merupakan budaya turun-temurun dan dilakukan dengan peralatan tradisional seperti peledang (perahu layar tanpa mesin) dan tempuling (tombak bambu yang ujungnya berkait terbuat dari besi). Dalam masyarakat Lamalera, terdapat suatu gagasan (keyakinan) yang berdasar dari tradisi turun-temurun bahwa motif koteklema tidak diizinkan pemakaiannya pada sarung tenun hasil kerajinan tangan masyarakat setempat kecuali giginya, dikarenakan keistimewaan dan kesakralan yang disematkan pada koteklema oleh masyarakat Lamalera.

Sunday, July 14, 2024

Analisis Kasus Hukum "Remaja yang Menikam Ibunya 79 Kali"

sumber : HypeMY

sumber : Denver7

I. Gambaran Permasalahan Subjek

Isabella Guzman merupakan seorang remaja asal Colorado, Amerika Serikat yang membunuh ibu kandungnya sendiri pada tahun 2013 silam. Saat kasus pembunuhan tersebut terjadi Isabella masih berusia 18 tahun. Diketahui jika Isabella telah memiliki masalah perilaku sejak kecil. Karena kekhawatiran tersebut, Ibunya mengirim Isabella yang saat itu berusia 7 tahun untuk tinggal bersama dengan ayah kandungnya. Isabella akhirnya tinggal bersama kembali dengan ibu kandungnya saat berusia 14 tahun, tetapi tampaknya memiliki permasalahan selama masa remajanya. Berikut rangkuman informasi lebih mendalam mengenai kasus pembunuhan tersebut :

  • Hubungan Isabella dengan Ibu Kandungnya. Isabella Guzman dan ibu kandungnya bernama  Yun Mi Hoy memiliki hubungan yang tidak terlalu baik. Hubungan keduanya semakin memburuk ketika ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Isabella dan ibunya kerap kali bertengkar, dan seiring berjalannya waktu sikapnya semakin kasar dan tidak menghormati orang tuanya, bahkan Isabella pernah meludahi wajah ibunya saat sedang bertengkar hebat.
  • Hubungan Isabella dengan Ayah Kandungnya. Diketahui, Isabella lebih dekat dengan ayah kandungnya yang bernama Robert Guzman, karena seringkali Isabella dan ayahnya berbincang dari hati ke hati. Sejak ibunya memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi Isabella menganggap bahwa ayahnya berada di pihak yang lebih menderita, dan ibunya sebagai pihak yang jahat atau antagonis.
  • Isabella Kirim E-mail Ancaman Kepada Ibunya. Sebelum melakukan aksi kejamnya, Isabella Guzman sempat mengirimkan e-mail kepada ibunya. Dalam e-mail tersebut, Isabella menuliskan ancaman kepada sang ibu yang berisi "Anda akan membayarnya". Ibunya sempat meminta bantuan kepolisian karena merasa khawatir dan ketakutan atas isi dari e-mail tersebut, lalu pihak polisi mendatangi rumah Isabella dan menasehatinya, saat itu polisi berhasil menenangkan Isabella untuk sementara waktu.
  • Isabella Menikam Ibunya di Kamar Mandi. Ayah Tiri Isabella, Ryan Hoy mengungkapkan jika peristiwa penikaman tersebut terjadi di dalam rumah tepatnya di kamar mandi lantai 2. Pada pukul 9.30 malam, istrinya Yun Mi Hoy pulang dari kerja dan mengatakan kepada Ryan yang sedang makan di ruang tamu bahwa dirinya ingin mandi dan naik ke lantai atas. Sekitar pukul 10 malam, Ryan mendengar jeritan istrinya memanggil namanya diikuti suara dentuman keras seperti pukulan dan segera berlari ke kamar mandi di lantai atas, namun Isabella dengan cepat menutup dan mengunci pintu kamar mandi. Ryan melihat darah mengalir dari bawah pintu kamar mandi dan langsung berlari ke lantai bawah untuk menelpon 911. Sesaat setelah itu, Isabella keluar dari kamar mandi dan berjalan keluar sambil memegang pisau yang telah berlumuran darah, menatap lurus ke depan dan berjalan melewati Ryan.
  • Isabella Menikam Ibunya Sebanyak 79 kali. Isabella menikam ibunya, Yun Mi Hoy yang berusia 47 tahun sebanyak 79 kali, termasuk 31 kali di wajah dan 48 kali di leher. Isabella juga menghabisinya ibunya dengan menggunakan tongkat baseball.
  • Isabella Ditangkap Usai Menjadi Buron Selama 16 Jam. Usai melakukan aksi kejamnya, Isabella kabur ke sebuah minimarket di dekat rumahnya untuk membersihkan diri. Isabella mengatakan kepada petugas minimarket, bahwa dirinya telah diperkosa dan meminta izin untuk mencuci rambutnya di wastafel dan mengganti pakaiannya.
  • Isabella Didiagnosis Mengalami Skizofrenia dan Delusi Paranoid. Dr Richard Pounds yang merawat Isabella mengatakan bahwa gadis tersebut mengalami gangguan jiwa skizofrenia dan delusi paranoid (suara dan visual) selama bertahun-tahun. Saat dirawat di rumah sakit jiwa Colorado di Pueblo, Isabella sering menatap ke ruangan kosong, lalu berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat dan tertawa sendiri. Isabella mengalami delusi dan meyakini jika Yun Mi Hoy bukanlah ibu kandungnya, melainkan sosok wanita bernama Cecelia. Isabella membunuh ibu kandungnya dengan tujuan untuk menyelamatkan dunia.
  • Isabella Mengaku Mendapatkan Kekerasan dari Keluarga. Selama proses perawatan di rumah sakit jiwa, Isabella mengakui jika dirinya kerapkali mendapat kekerasan dari keluarganya di rumah, karena orang tuanya merupakan penganut ajaran Jehovah. Kekerasan tersebut semakin parah ketika Isabella memutuskan keluar dari ajaran tersebut saat usianya 14 tahun. Namun pernyataan Isabella tersebut masih belum dapat dipastikan kebenarannya.

II. Analisis dengan Teori Psikososial

Erik Erikson, seorang tokoh psikologi yang mengembangkan teori psikososial, mengemukakan bahwa perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pengalaman sosial yang telah dilalui sepanjang hidupnya sehingga disebut sebagai perkembangan psikososial, yang melibatkan aspek psikologis atau mental serta kondisi sosial. Teori perkembangan psikososial ini menggambarkan dampak dari pengalaman sosial bagi individu dari segala jenjang usia.

Menurut Erikson perkembangan kepribadian seseorang terjadi dalam serangkaian tahapan, dan akan terus berubah karena menyesuaikan pengalaman dan informasi baru yang diperoleh dari interaksi sehari-hari individu dengan orang lain. Setiap tahapan dibangun berdasarkan dari tahapan sebelumnya, yang membuka jalan untuk ke periode perkembangan berikutnya. Dalam setiap tahapan, individu tidak akan lepas dari adanya konflik yang justru dapat berfungsi sebagai titik balik dalam proses perkembangan. Jika individu berhasil menangani konfliknya dengan baik, maka akan muncul tahapan kekuatan psikologis yang dapat menolongnya sepanjang hidup. Sebaliknya, jika individu gagal dalam menangani konfliknya, maka individu akan kesulitan untuk dapat mengembangkan keterampilan penting yang diperlukan untuk menjadi diri yang kuat, merasakan ketidakseimbangan dalam aspek-apek perkembangannya, dan muncul perasaan tidak mampu dalam diri individu.

Pada kasus Isabella Guzman, apabila dikaitkan dengan teori perkembangan psikososial milik Erik Erikson yang terdiri dari 8 tahap perkembangan, maka Isabella yang pada saat kejadian berusia 18 tahun berada di tahap 5 Identity vs. Confusion (identitas vs kebingungan). Tahap ini memainkan peranan yang mendasar dalam perkembangan perasaan dan identitas diri yang dimiliki oleh individu, serta mempengaruhi perilaku dalam tahap perkembangan selanjutnya. Namun, sebelum mencapai tahap 5, apabila berfokus pada tahap psikososial sebelumnya, Isabella telah mengalami hambatan pada perkembangan di tahap 3 Initiative vs Guilt (prakarsa vs rasa bersalah), terjadi ketika orang tua Isabella bercerai saat usianya 3 tahun dan pada tahap 4 Industry vs Inferiority (industri vs inferioritas), dimana Isabella memiliki masalah pada perilakunya. Ketika Isabella berusia 7 tahun, Yun Mi Hoy, ibu kandungnya sengaja mengirimkan Isabella ke rumah ayah kandungnya untuk tinggal bersama, karena ibunya tidak tahan dengan perilaku bermasalah Isabella ketika sebelumnya tinggal bersama setelah perceraian terjadi, termasuk dengan ayah tiri Isabella.

Lebih jelasnya, tahap 3 berfokus pada kekuatan dan kendali individu terhadap dunia dan interaksi sosialnya, apabila individu mengalami kegagalan pada tahap ini maka akan timbul perasaan tertinggal, perasaan bersalah, ragu dan kurang memiliki inisiatif yang dapat berdampak pada kualitas ego atau yang dikenal sebagai tujuan tidak akan muncul. Sedangkan, di tahap 4 individu yang hanya menerima sedikit atau tidak memperoleh sama sekali dorongan dari orangtua, guru atau teman sebaya akan tumbuh menjadi seseorang yang meragukan kemampuannya untuk sukses. Jika individu mampu mencapai tahap 4 dengan baik, maka pada tahap 5 individu yang telah menerima dorongan dan penguatan positif akan memunculkan keyakinan pada diri, kemandirian, kontrol diri yang kuat dan sebaliknya jika individu gagal mencapai tahap 4 dengan baik maka dapat timbul perasaan tidak aman, binggung terhadap diri sendiri maupun masa depannya. 

Apabila dilihat dari latar belakang kehidupan Isabella, dirinya mengalami kebingungan untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah dari peranan orangtuanya setelah keduanya memutuskan untuk bercerai. Isabella juga kurang mendapatkan dorongan dan penguatan positif yang sesuai dengan kondisi dirinya, meskipun ayahnya merupakan sosok keluarga yang dekat dengan Isabella dibandingkan anggota keluarga yang lain, namun ayahnya tinggal di tempat yang berbeda dengan Isabella serta kurang bisa memahami kondisi psikologis Isabella secara lebih mendalam. Karena beberapa jam sebelum peristiwa penikaman terjadi, ayahnya sempat datang ke rumah menemui Isabella secara langsung untuk memberikan nasehat kepada putrinya tersebut agar menghormati ibunya, mencoba lebih mendengarkan dan semua akan baik-baik saja. Robert Guzman, ayah Isabella menganggap jika percakapannya dengan putrinya sore itu berhasil membuat Isabella mengerti, tanpa membayangkan akan terjadi peristiwa penikaman di malam harinya.

Kemudian, apabila diidentifikasi dari tahap 4 yang berhubungan dengan dorongan dari pihak orang tua atau gurunya untuk mengembangkan perasaan mampu dan yakin akan keterampilan yang dimiliki, Isabella justru hanya menerima sedikit atau bahkan tidak mendapatkan dorongan dan penguatan positif sama sekali dari keluarga maupun teman sebayanya sejak Isabella masih kecil, ditambah lagi kehadiran ayah tirinya yang tidak diharapkan. Selain itu, Isabella juga drop out dari sekolah menengah atasnya. Berbagai situasi yang dihadapi Isabella tersebut secara bertahap menjadi pemicu semakin terhambat perkembangan identitasnya. Isabella tumbuh menjadi sosok pribadi yang meragukan dirinya sendiri serta tidak memikirkan bagaimana perilakunya dapat berdampak negatif terhadap dirinya maupun orang lain.

Kesulitan Isabella dalam menghadapi konflik secara internal tersebut kemudian berdampak negatif pada perkembangan identitas egonya. Menurut Erikson, identitas ego berubah secara konstan karena pengalaman baru dan informasi yang diperoleh tiap hari melalui interaksi dengan orang lain. Sedangkan pengalaman baru yang berhubungan dengan interaksi sosial tidak diperoleh oleh Isabella secara maksimal, dimana Isabella sebenarnya tidak memiliki teman dekat. Saat salah satu temannya diintrogasi oleh para penyidik, diperoleh informasi jika sebagian besar teman Isabella tidak menyukainya dan menggangap Isabella adalah seseorang yang kasar dan pembohong.


Kritik, saran maupun pujian tentunya akan sangat membantu penulis agar terus semangat 
dalam meningkatkan kemampuan untuk dapat membuat tulisan yang lebih baik kedepannya.
Terima kasih dan Semoga bermanfaat.

- Merinta Wira A


Referensi :

https://allthatsinteresting.com/isabella-guzman

https://murderpedia.org/female.G/g/guzman-isabella.htm

https://www.killerqueenspodcast.com/free-weekly-episode-isabella-guzman/

https://www.westword.com/news/photos-isabella-guzmans-insanity-plea-accepted-for-stabbing-her-mom-151-times-5824652

https://www.cbsnews.com/colorado/news/who-is-isabella-guzman-aurora-murder-stabbed-mother-yun-hi-moy/dr Richard Pounds

https://www.verywellmind.com/trust-versus-mistrust-2795741

Thursday, May 16, 2024

Analisis Film "BULLY" (2011)


sumber: imdb.com

sumber : TrailerChan


I. Gambaran Permasalahan Subjek

  • Tyler Long

Tyler, seorang siswa yang berusia 17 tahun mendapat perlakuan bully dari teman-teman di sekolahnya. Teman-temannya membobol loker milik Tyler dan mengambil pakaiannya saat Tyler sedang mandi setelah pelajaran olahraga. Hal tersebut membuat Tyler terpaksa harus meninggalkan tempat olahraga dalam keadaan telanjang, yang kemudian teman-temannya mengolok-olok Tyler dan mendorongnya hingga terbentur ke arah loker. Lalu saat sedang buang air kecil di wc, temannya tiba-tiba mendorong Tyler hingga air seni-nya mengenai celananya, membuat Tyler tampak seperti orang yang habis mengompol. Berbagai peristiwa yang dialami Tyler tersebut membuatnya memutuskan untuk melakukan bunuh diri. Ayah Tyler menemukan tubuh Tyler dalam keadaan tergantung di lemari dan meninggalkan sebuah catatan di tempat tidurnya.

  • Alex Libby

Alex yang berusia 12 tahun, di diagnosis memiliki sindrom asperger, yang membuatnya mendapatkan julukan fish face (wajah ikan) dari teman-teman di sekolahnya. Terdapat scene saat di dalam bus sekolah, Alex bertanya kepada teman sebangkunya “apakah kau temanku?” namun temannya berbalik menjawab dengan kasar dan mengancamnya dengan berkata bahwa besok dirinya akan membawa pisau untuk menyakiti Alex. Di hari berikutnya, ketika Alex hendak menaiki bus sekolah, Alex tiba-tiba di pukul oleh temannya dan ketika Alex hendak duduk di kursi, temannya langsung membentak dan menyuruh Alex untuk pindah ke kursi lain. Saat berada di sekolah, Alex juga kerapkali dipukul oleh teman-temannya terutama pada bagian rahangnya, dicekik hingga dengan sengaja mendorong Alex sampai barang-barangnya jatuh dan mengambilnya secara paksa. Alex juga pernah mengalami pengalaman "hampir ditusuk" dengan sesuatu seperti pensil atau ballpoint oleh temannya. Lalu salah satu teman Alex yang bernama Teddy pernah mendatangi Alex dan menjadikan kepala Alex sebagai tempat duduk saat berada di dalam bus.

  • Kelby Johnson

Kelby, seorang gadis yang berusia 16 tahun yang mengenali dirinya sebagai seorang lesbian. Kelby mengatakan bahwa dia tidak diterima dimanapun bahkan digereja tempatnya beribadah sekalipun. Dulu tetangga Kelby memiliki sikap yang ramah kepadanya, namun sekarang Kelby merasa diabaikan, bahkan enggan hanya untuk sekedar melambaikan tangan. Kelby merasa dirinya tidak diterima di lingkungannya, terdapat scene dimana sekelompok anak laki-laki memukulnya dengan minivan saat berpapasan dengan Kelby dijalan. Kelby juga mengakui bahwa dirinya pernah melukai diri sendiri, hingga melakukan percobaan bunuh diri sebanyak tiga kali. Di sekolah, Kelby pernah mendapatkan surat di lokernya yang berisi tulisan “Faggot are not welcomed here.” (Gay tidak diterima disini). Guru Kelby juga sering menjadikannya sebagai bahan lelucon mengenai bahasan Gay, gurunya bercerita tentang bagaimana jika orang-orang membakar kaum homoseksualitas di depan kelas dan semua siswa tertawa ke arah Kelby.

  • Ja'meya Jackson

Ja’meya, seorang gadis berkulit hitam yang berusia 14 tahun, merupakan siswa teladan dan pemain basket. Ja’meya merasa bahwa teman-temannya sedang melawan kehadirannya. Ja’meya dipanggil bodoh, dilempari barang-barang kearahnya dan ditertawakan oleh seluruh teman-temannya. Karena tidak tahan terus-menerus mendapatkan perlakuan tersebut, suatu hari Ja'meya membawa pistol milik ibunya, dengan tujuan untuk menakut-nakuti teman-teman yang menggangunya di sekolah. Cara tersebut berhasil, semua temannya merasa takut dan meninggalkan Ja'meya. Sayangnya perbuatan membela diri Ja’meya tersebut membuatnya harus ditangkap oleh polisi yang memborgol tangannya.

  • Ty Field Smilley

Ty, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, yang mengakhiri hidupnya karena merasa putus asa dengan kehidupannya akibat mendapatkan perlakuan bullying dari teman-temannya. Keluarganya mengatakan bahwa saat masih hidup Ty kerapkali menyalahkan dirinya sendiri. Di sekolah, Ty didorong oleh teman-temannya hingga terbentur ke arah loker. Ty hanya membalas perlakuan tersebut dengan tersenyum dan berjalan meninggalkan teman-temannya.

  • Cody

Cody merupakan siswa laki-laki yang diolok-olok dengan sebutan homo oleh teman-temannya di sekolah. Cody merasa hatinya hancur atas olok-olokan tersebut tanpa alasan yang jelas.

  • Cole

Cole seorang siswa laki-laki yang selalu dipanggil “Pussy” oleh salah satu temannya. Cole sudah berusaha untuk menjauh dari temannya tersebut, namun temannya selalu mengikuti kemanapun Cole pergi. Cole pernah didorong hingga membentur dinding dan beberapa kali mendapatkan ancaman dari temannya seperti akan dipatahkan lengannya, dibunuh, ditikam dan ditembak dengan pistol.

Wednesday, May 8, 2024

Analisis Film "He Loves Me, He Loves Me Not" (2002)

sumber : imdb.com

Angelique lied about taking her medication
 

I. Gambaran Permasalahan Subjek

Film He Loves me He loves me not, berfokus pada perspektif seorang perempuan bernama Angelique yang memiliki seseorang yang sangat dia sayangi yakni seorang dokter cardiology bernama Dr. Loic Le Garrec. Angelique menganggap bahwa Dr. Loic juga mencintainya, meskipun di dekatnya sudah ada pria pengantar bunga yang sangat mencintainya dengan tulus bernama David, namun Angelique tidak menggangapnya perasaan yang dirasakan David tersebut penting dan justru tetap berusaha untuk mendapatkan perhatian Dr. Loic meskipun harus merusak rumah tangga dokter tersebut.

Dari awal sampai pertengahan film, penonton diajak untuk mengikuti cerita dari sudut pandang Angelique. Dia selalu bercerita pada teman-temannya, betapa dirinya sangat mencintai Dr. Loic dan betapa sedihnya dia karena tidak bisa bersatu dengan Loic yang sudah beristri, bahkan sampai menyalahkan istrinya karena dianggap merayu Dr. Loic. Teman-temannya, termasuk teman dekatnya Heloise selalu memaksa Angelique untuk meninggalkan Loic, tapi dia selalu bersikeras bahwa Loic akan menceraikan istrinya demi dia. Angelique mencintai Loic dengan sangat mendalam, dirinya rela melakukan apapun demi mendapatkan Loic, bahkan sampai rela menyakiti orang lain, yakni ketika Andelique menabrak istri Loic menggunakan sepeda motor milik temannya hingga istri dari Dr. Loic mengalami keguguran, hal tersebut dilakukan karena Angelique menggangap bahwa istrinya merayu Loic dengan kehamilannya. Selain itu, Angeligue juga bahkan sampai rela membunuh seorang wanita paruh baya yang memiliki masalah dengan Loic, demi bisa membantu Loic keluar dari masalahnya.

Pertemuan pertama Angelique dan Loic, adalah saat Loic menyambut kehamilan istrinya dan dengan gembira membagikan setangkai bunga kepada para tetangga di dekat rumahnya termasuk kepada Angelique yang saat itu berpapasan dengan Loic saat hendak keluar dari rumah, dan sejak itu Angelique jatuh cinta dan menggangap bahwasannya Dr. Loic jatuh cinta padanya. Sehingga setelahnya, berbagai kejadian yang dialami oleh Dr. Loic mulai dari seorang wanita yang mengiriminya bunga dan lukisan, dan bahkan ketika Angelique juga mengirimkan kunci pintu kamarnya dengan pikiran agar Dr. Loic bisa dengan mudah menemuinya, hal inilah yang membuat hubungan Dr. Loic dengan istrinya menjadi retak, keguguran yang dialami istrinya akibat kecelakaan yang dilakukan oleh Angelique juga menjadi faktor yang menyebabkan istrinya turut mendapatkan dampak psikologis yang negatif hingga membuat istri Dr. Loic pergi dari rumah. 

Terdapat scene dimana Angelique menggangap bahwa dirinya dan Loic berencana untuk pergi ke Italy, namun saat Angelique menunggunya, Loic tak kunjung muncul di bandara. Angelique lantas langsung berubah secara drastis. Dia mengalami depresi yang membuatnya kehilangan teman-temannya juga beasiswa dari sekolah seni. Dia juga mencoba bunuh diri dengan menghirup gas di ruangan tertutup, ketika mengetahui bahwa Loic dan istrinya kembali bersama. 

Ketika scene berpindah kembali ke cerita awal, dengan sudut pandang Loic. Ternyata semua yang terjadi hanyalah khayalan Angelique. Mereka berdua tidak pernah berpacaran, bahkan Loic tidak mengenal siapa Angelique. Pada akhir cerita diperoleh informasi bahwa pemikiran Angelique hanyalah imajinasi yang berlebihan dan Angelique menganggap nyata imajinasinya tersebut, yang menyebabkan munculnya perilaku abnormal. Setelah ditelusuri, ternyata Angelique menderita penyakit erotomania, yaitu bentuk gangguan kepribadian dimana para penderitanya memiliki keyakinan bahwa ada seseorang yang memendam perasaan cinta kepadanya.

II. Identifikasi Permasalahan

Erotomania adalah sejenis khayalan dimana orang yang bersangkutan percaya bahwa orang lain, biasanya orang asing atau orang terkenal, jatuh cinta kepadanya. Inti utama dari bentuk sindrom ini adalah penderita memiliki suatu khayalan atau delusi keyakinan bahwa ada orang lain, yang biasanya memiliki status sosial yang lebih tinggi, secara sembunyi-sembunyi memendam perasaan cinta kepadanya. Para penderita selalu yakin bahwa subjek dari delusi mereka secara rahasia menyatakan cinta mereka dengan isyarat halus seperti bahasa tubuh, pengaturan perabot rumah, atau dengan cara lainnya. Jika yang menjadi sasaran adalah seorang public figure, maka akan diartikan secara salah oleh penderita terhadap sesuatu yang tertulis dalam media massa tentang orang tersebut. Sering kali orang yang menjadi objek dalam delusi, hanya memiliki sedikit sekali hubungan atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan sang penderita. Walau demikian sang penderita tetap percaya bahwa sang objek-lah yang memulai semua hubungan khayal itu. Delusi Erotomania sering ditemukan dalam sebuah gejala awal dari sebuah gangguan delusional atau dalam konteks Skizofrenia.

Terkadang individu yang berada dalam delusi tidaklah pernah ada dalam dunia nyata. Namun yang lebih sering terjadi, individu yang menderita delusi tersebut merupakan tokoh publik figur seperti penyanyi terkenal, aktor, aktris, politikus, selebritis dll. Erotomania juga disebut-sebut sebagai suatu penyebab perilaku stalking, yaitu suatu bentuk perilaku memperhatikan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang diperhatikan, lalu perlahan melakukan suatu upaya pendekatan yang bersifat mengganggu, biasanya dengan obsesi bahwa korban adalah orang yang perlu ditolong atau bahkan dimusnahkan. Erotomania menjadi salah satu penyebab dari bentuk suatu tindakan yang mengganggu orang lain.

Erotomania justru dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti ungkapan kasih sayang yang halus kepada sasarannya kemudian sampai hal-hal di luar kendali dan dapat menyebabkan ekspresi kemarahan, frustasi dan kekerasan ketika ditinggal pergi atau diabaikan. Anehnya seorang penderita Erotomania tidak bisa sama sekali untuk melihat individu yang dicintainya (dirasa juga mencintainya) tidak menyukainya.

III. Teori Pendukung Analisis

Terapi Gestalt yang didasari aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme dikembangkan oleh Frederick Perls. Terapi ini mengutamakan pada tanggung jawab diri dan keutuhan atau totalitas organisme seorang individu, dimana aliran ini menggangap bahwa individu bukanlah organisme yang terpotong-potong pada bagian tertentu dalam menjalani kehidupannya. Individu dianggap dapat mengatasi sendiri permasalahannya dalam hidup, terutama bila mereka menggunakan kesadaran akan pengalaman yang sedang dialami dan dunia sekitarnya. Manusia dianggap selalu bertujuan untuk mencapai "wholeness" (diri yang utuh) dan mampu mengintegrasikan diri dari pikiran, perasaan dan tingkah laku. Manusia memiliki kemampuan untuk dapat mengenali pengaruh masa lalu terhadap masalah pada saat ini. Pendekatan ini juga menekankan pada here and now (keadaan disini dan sekarang), pilihan dan tanggung jawab pribadi. Gestalt berpendapat bahwa individu memiliki masalah karena menghindari masalah yang pada akhirnya menyebabkan dirinya terjerumus pada masalah-masalah tambahan, sesuai kategori berikut:

  1. Kurang kontak dengan lingkungan, yaitu individu menjadi kaku dan memutus hubungan antara dirinya dengan orang lain dan lingkungannya.

Monday, May 6, 2024

Analisis Kasus Sosial "Pria Merusak Motornya Sendiri Setelah Ditilang"

sumber : oto.detik.com

sumber : tribunnews.com

I. Gambaran Subjek

Pengendara motor yang diketahui bernama Adi Saputra (20) asal Kota Bumi, Lampung Utara tersebut sehari-hari berjualan kopi di sebuah pasar modern kawasan Serpong. Kapolres Tangerang Selatan AKBP mengungkap tempat tinggal Adi  di sebuah indekos yang lokasinya di kawasan Kelurahan Mekar Jaya, Tangerang Selatan. Selain itu, diketahui Adi juga hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).

II. Identifikasi Permasalahan

Adi yang berboncengan dengan rekan perempuannya dihentikan polisi karena tidak memakai helm dan melawan arus. Ketika diberhentikan polisi, Adi mengamuk sejadi-jadinya karena tak terima ditilang. Di hadapan polisi yang menilang dengan disaksikan oleh polisi dan warga yang lain, Adi mempreteli bagian-bagian motor, melemparnya dengan batu besar, lalu membanting motor tersebut hingga nyaris menimpa rekan perempuannya dan kaki polisi yang menilangnya. Belakangan diketahui, bahwa Adi juga membakar STNK kendaraannya. Tujuannya adalah lanjutan dari kejadian pagi harinya karena dia berpikir bahwa motornya sudah tidak ada, sehingga tidak ada gunanya lagi STNK.

Jika melihat perilaku Adi dari video maupun berita yang beredar, bisa jadi Adi memiliki kecenderungan berperilaku agresif. Perilaku tersebut kerap muncul dari orang yang keinginannya terbiasa terpenuhi hingga sulit menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Adanya gangguan kejiwaan yang gejalanya mirip seperti perilaku yang ditunjukkan Adi Saputra, yakni Intermittent Explosive Disorder (IED), Sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menahan emosinya sehingga meluapkannya dengan cara marah-marah sambil menyerang orang lain atau merusak barang-barang. IED termasuk dalam kategori gangguan kontrol impuls. Kondisi ini ditandai dengan tingkat agresivitas yang melonjak ketika berada dalam situasi tertekan. Pengidapnya merasa situasi tersebut telah “menyerang” sisi psikologisnya, sehingga individu butuh untuk "meledakkan" kemarahan yang kemudian segera diikuti dengan kelegaan. Setelah itu, individu akan menyesal atau malu dengan kelakuannya tersebut.

III. Teori Pendukung Analisis

Mekanisme pertahanan diri atau yang biasa disebut "Defence Mechanisms" merupakan bentuk  pertahanan diri yang dimiliki setiap individu. Lebih jelasnya mekanisme pertahanan ini adalah sebagian dari cara individu untuk mereduksi atau mengurangi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik dari situasi maupun kondisi yang sedang dihadapi, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak.

Sigmund Freud, yang merupakan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang psikologi menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (Defence Mechanisms) untuk menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutar balikkan kenyataan. Artinya mekanisme pertahanan diri ini merupakan bentuk penipuan diri. Beberapa mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan oleh Freud yang sesuai dengan kasus, yaitu Pemindahan (Displacement) dan Penyangkalan (Denial). 

Displacement, adalah proses mekanisme dimana emosi-emosi yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ide-ide, objek-objek, atau orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain. Sedangkan Denial, merupakan proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.

IV. Analisis Menggunakan Teori Psikologi

Melalui teori mekanisme pertahanan diri atau "Defence Mechanisms", dapat dilihat jika subjek berusaha untuk mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik lainnya yang timbul akibat dari situasi atau kondisi dimana subjek ditilang oleh polisi karena melanggar tata tertib lalu lintas. Lalu kemudian adanya Pemindahan (Displacement) dan Penyangkalan (Denial) yang muncul. 

Displacement, terjadi ketika emosi yang ingin diluapkan oleh subjek akibat ditilang menjadi tertahan dan segera dilampiaskan ke objek lain yaitu motornya sendiri dengan cara destruktif atau merusak, Pengalihan emosi tersebut dilakukan karena adanya otoritas atau norma yang tidak memungkinkan subjek untuk dapat melampiaskan amarahnya kepada polisi yang menilangnya tersebut secara langsung. Sehingga, motor yang dianggap tidak bisa melawan menjadi sasaran dari kemarahannya. Respon subjek atas kondisi yang dialaminya tersebut didominasi oleh amarah, tanpa adanya pertimbangan yang rasional dan logis, serta tidak memikirkan konsekuensi kedepannya, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.

Sedangkan Denial, terjadi ketika subjek menolak atau berusaha menghindarkan dirinya dari kondisi atau situasi yang menurutnya menimbulkan rasa sakit, takut, malu dan cemas. Apabila dipandang secara realitanya subjek tersebut bersalah karena sudah melanggar aturan lalu lintas, yakni melawan arus dan tidak memakai helm, namun secara tidak sadar subjek menyangkal kenyataan atau realitas tersebut.

V. Saran Pengembangan

Sebenarnya, mekanisme pertahanan diri ini tidak merubah objektif menjadi berbahaya, namun hanya mengubah bagaimana cara pandang individu dalam memikirkan atau menyelesaikan sebuah permasalahan yang sedang dihadapi. Individu secara alam bawah sadarnya merasakan tekanan serta perasaan cemas yang berlebihan, bisa terpaksa menempuh cara-cara yang ekstrem untuk dapat menghilangkan kecemasan atau tekanan tersebut. Cara-cara itu disebut mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pertahanan diri adalah hal yang normal dan digunakan oleh semua orang, namun apabila digunakan secara ekstrem atau berlebihan, mekanisme ini dapat menyebabkan perilaku kompulsif dan neurotik. Begitupun yang dialami oleh Adi, dia melakukan mekanisme pertahanan diri terhadap situasi yang dihadapi, namun dengan berlebihan, sehingga perilaku yang ditimbulkan bersifat kompulsif.

Salah satu kelemahan mendasar dari mekanisme pertahanan diri adalah bahwasannya mereka diarahkan pada kecemasannya, bukan pada konflik-konflik antar motif yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ditimbulkan. Maka, aneka mekanisme pertahanan diri tersebut seringkali hanya digunakan untuk dapat menutupi masalah yang sebenarnya, sehingga masalahnya masih tetap ada dan dapat terus mempengaruhi tingkah laku individunya. 

Saran pengembangan yang dapat saya berikan apabila disesuaikan dengan kasus tersebut yakni :

  1. Perubahan Reaksi kearah yang positif terhadap suatu situasi. Hal ini penting dan harus diusahakan oleh individu, daripada menunjukkan respon amarah yang dapat memungkinkan untuk sulit dikontrol, hingga respon perilaku yang dapat mengarah ke hal yang negatif seperti merusak atau bahkan menyakiti orang lain, individu bisa belajar untuk mengekspresikan amarah dengan cara yang bijak dan cara lainnya yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.