Wednesday, May 8, 2024

Analisis Film "He Loves Me, He Loves Me Not" (2002)

sumber : imdb.com

Angelique lied about taking her medication
 

I. Gambaran Permasalahan Subjek

Film He Loves me He loves me not, berfokus pada perspektif seorang perempuan bernama Angelique yang memiliki seseorang yang sangat dia sayangi yakni seorang dokter cardiology bernama Dr. Loic Le Garrec. Angelique menganggap bahwa Dr. Loic juga mencintainya, meskipun di dekatnya sudah ada pria pengantar bunga yang sangat mencintainya dengan tulus bernama David, namun Angelique tidak menggangapnya perasaan yang dirasakan David tersebut penting dan justru tetap berusaha untuk mendapatkan perhatian Dr. Loic meskipun harus merusak rumah tangga dokter tersebut.

Dari awal sampai pertengahan film, penonton diajak untuk mengikuti cerita dari sudut pandang Angelique. Dia selalu bercerita pada teman-temannya, betapa dirinya sangat mencintai Dr. Loic dan betapa sedihnya dia karena tidak bisa bersatu dengan Loic yang sudah beristri, bahkan sampai menyalahkan istrinya karena dianggap merayu Dr. Loic. Teman-temannya, termasuk teman dekatnya Heloise selalu memaksa Angelique untuk meninggalkan Loic, tapi dia selalu bersikeras bahwa Loic akan menceraikan istrinya demi dia. Angelique mencintai Loic dengan sangat mendalam, dirinya rela melakukan apapun demi mendapatkan Loic, bahkan sampai rela menyakiti orang lain, yakni ketika Andelique menabrak istri Loic menggunakan sepeda motor milik temannya hingga istri dari Dr. Loic mengalami keguguran, hal tersebut dilakukan karena Angelique menggangap bahwa istrinya merayu Loic dengan kehamilannya. Selain itu, Angeligue juga bahkan sampai rela membunuh seorang wanita paruh baya yang memiliki masalah dengan Loic, demi bisa membantu Loic keluar dari masalahnya.

Pertemuan pertama Angelique dan Loic, adalah saat Loic menyambut kehamilan istrinya dan dengan gembira membagikan setangkai bunga kepada para tetangga di dekat rumahnya termasuk kepada Angelique yang saat itu berpapasan dengan Loic saat hendak keluar dari rumah, dan sejak itu Angelique jatuh cinta dan menggangap bahwasannya Dr. Loic jatuh cinta padanya. Sehingga setelahnya, berbagai kejadian yang dialami oleh Dr. Loic mulai dari seorang wanita yang mengiriminya bunga dan lukisan, dan bahkan ketika Angelique juga mengirimkan kunci pintu kamarnya dengan pikiran agar Dr. Loic bisa dengan mudah menemuinya, hal inilah yang membuat hubungan Dr. Loic dengan istrinya menjadi retak, keguguran yang dialami istrinya akibat kecelakaan yang dilakukan oleh Angelique juga menjadi faktor yang menyebabkan istrinya turut mendapatkan dampak psikologis yang negatif hingga membuat istri Dr. Loic pergi dari rumah. 

Terdapat scene dimana Angelique menggangap bahwa dirinya dan Loic berencana untuk pergi ke Italy, namun saat Angelique menunggunya, Loic tak kunjung muncul di bandara. Angelique lantas langsung berubah secara drastis. Dia mengalami depresi yang membuatnya kehilangan teman-temannya juga beasiswa dari sekolah seni. Dia juga mencoba bunuh diri dengan menghirup gas di ruangan tertutup, ketika mengetahui bahwa Loic dan istrinya kembali bersama. 

Ketika scene berpindah kembali ke cerita awal, dengan sudut pandang Loic. Ternyata semua yang terjadi hanyalah khayalan Angelique. Mereka berdua tidak pernah berpacaran, bahkan Loic tidak mengenal siapa Angelique. Pada akhir cerita diperoleh informasi bahwa pemikiran Angelique hanyalah imajinasi yang berlebihan dan Angelique menganggap nyata imajinasinya tersebut, yang menyebabkan munculnya perilaku abnormal. Setelah ditelusuri, ternyata Angelique menderita penyakit erotomania, yaitu bentuk gangguan kepribadian dimana para penderitanya memiliki keyakinan bahwa ada seseorang yang memendam perasaan cinta kepadanya.

II. Identifikasi Permasalahan

Erotomania adalah sejenis khayalan dimana orang yang bersangkutan percaya bahwa orang lain, biasanya orang asing atau orang terkenal, jatuh cinta kepadanya. Inti utama dari bentuk sindrom ini adalah penderita memiliki suatu khayalan atau delusi keyakinan bahwa ada orang lain, yang biasanya memiliki status sosial yang lebih tinggi, secara sembunyi-sembunyi memendam perasaan cinta kepadanya. Para penderita selalu yakin bahwa subjek dari delusi mereka secara rahasia menyatakan cinta mereka dengan isyarat halus seperti bahasa tubuh, pengaturan perabot rumah, atau dengan cara lainnya. Jika yang menjadi sasaran adalah seorang public figure, maka akan diartikan secara salah oleh penderita terhadap sesuatu yang tertulis dalam media massa tentang orang tersebut. Sering kali orang yang menjadi objek dalam delusi, hanya memiliki sedikit sekali hubungan atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan sang penderita. Walau demikian sang penderita tetap percaya bahwa sang objek-lah yang memulai semua hubungan khayal itu. Delusi Erotomania sering ditemukan dalam sebuah gejala awal dari sebuah gangguan delusional atau dalam konteks Skizofrenia.

Terkadang individu yang berada dalam delusi tidaklah pernah ada dalam dunia nyata. Namun yang lebih sering terjadi, individu yang menderita delusi tersebut merupakan tokoh publik figur seperti penyanyi terkenal, aktor, aktris, politikus, selebritis dll. Erotomania juga disebut-sebut sebagai suatu penyebab perilaku stalking, yaitu suatu bentuk perilaku memperhatikan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang diperhatikan, lalu perlahan melakukan suatu upaya pendekatan yang bersifat mengganggu, biasanya dengan obsesi bahwa korban adalah orang yang perlu ditolong atau bahkan dimusnahkan. Erotomania menjadi salah satu penyebab dari bentuk suatu tindakan yang mengganggu orang lain.

Erotomania justru dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti ungkapan kasih sayang yang halus kepada sasarannya kemudian sampai hal-hal di luar kendali dan dapat menyebabkan ekspresi kemarahan, frustasi dan kekerasan ketika ditinggal pergi atau diabaikan. Anehnya seorang penderita Erotomania tidak bisa sama sekali untuk melihat individu yang dicintainya (dirasa juga mencintainya) tidak menyukainya.

III. Teori Pendukung Analisis

Terapi Gestalt yang didasari aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme dikembangkan oleh Frederick Perls. Terapi ini mengutamakan pada tanggung jawab diri dan keutuhan atau totalitas organisme seorang individu, dimana aliran ini menggangap bahwa individu bukanlah organisme yang terpotong-potong pada bagian tertentu dalam menjalani kehidupannya. Individu dianggap dapat mengatasi sendiri permasalahannya dalam hidup, terutama bila mereka menggunakan kesadaran akan pengalaman yang sedang dialami dan dunia sekitarnya. Manusia dianggap selalu bertujuan untuk mencapai "wholeness" (diri yang utuh) dan mampu mengintegrasikan diri dari pikiran, perasaan dan tingkah laku. Manusia memiliki kemampuan untuk dapat mengenali pengaruh masa lalu terhadap masalah pada saat ini. Pendekatan ini juga menekankan pada here and now (keadaan disini dan sekarang), pilihan dan tanggung jawab pribadi. Gestalt berpendapat bahwa individu memiliki masalah karena menghindari masalah yang pada akhirnya menyebabkan dirinya terjerumus pada masalah-masalah tambahan, sesuai kategori berikut:

  1. Kurang kontak dengan lingkungan, yaitu individu menjadi kaku dan memutus hubungan antara dirinya dengan orang lain dan lingkungannya.
  2. Confluence, yaitu individu yang terlalu banyak memasukkan nilai-nilai lingkungan kedalam dirinya, sehingga individu menjadi kehilangan pijakan atas dirinya sendiri dan kemudian lingkungan yang berperan besar dalam mengontrol dirinya.
  3. Unfinished business, yaitu individu yang memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi, perasaan yang tidak dapat terekspresikan dan situasi atau masalah individu yang belum selesai (unfinished bussines) yang kemudian dapat mengganggu perhatiannya (yang dapat dimanifestasikan dalam mimpi).
  4. Fragmentasi, yaitu individu yang mencoba untuk menemukan atau menolak kebutuhan, seperti kebutuhan agresi.
  5. Topdog/underdog, individu yang mengalami perpecahan dalam kepribadiannya, yaitu antara apa yang individu pikir “harus" dilakukan (topdog) dan apa yang sebenarnya individu “inginkan" (underdog).
  6. Polaritas/dikotomi, yaitu individu yang cenderung bingung dan tidak dapat berkata-kata (speecheless) pada saat terjadi dikotomi pada dirinya, seperti antara tubuh dan pikiran (body and mind), antara diri dan lingkungan (self-external world), antara emosi dan kenyataan (emotion- reality), dan sebagainya.

Terapi gestalt juga berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman individu di saat ini atau sekarang, dengan mengintegrasikan atau memadukan bagian-bagian kepribadian individu yang terpecah dan yang tidak diketahui. Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Angelique, terapi Gestalt dapat diberikan dengan tujuan agar nantinya Angelique mampu memperbaiki pikiran yang kurang tepat, salah, atau kurang realistis menjadi lebih sadar akan realitas yang ada serta dapat mempersiapkan individu dengan upaya intervensi yang sesuai agar membantu individu untuk mencapai integrasi diri dan menjadi lebih autentik atau benar-benar sesuai dengan dirinya

  • Secara lebih spesifik tujuan Terapi Gestalt, yaitu :

  1. Membantu individu agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta kemampuan untuk mendapatkan insight secara penuh.
  2. Membantu individu menuju pencapaian integritas kepribadiannya.
  3. Mengentaskan individu dari kondisinya yang terlalu bergantung pada pertimbangan orang lain, menjadi mampu mengatur dirinya sendiri (to be true to himself).
  4. Meningkatkan kesadaran individual agar individu dapat beringkah laku sesuai dengan prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi yang dianggap bermasalah dan belum selesai (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi individu dengan baik.

  • Tahapan dalam Terapi Gestalt, yaitu :

  1. Fase Pertama. Membentuk pola pertemuan teraupetik agar terjadi situasi yang memungkinkan dapat mendukung perubahan perilaku pada individu. Pola yang diciptakan berbeda untuk setiap individu, karena masing-masing individu mempunyai keunikannya sendiri, serta memiliki kebutuhan yang berbeda-beda bergantung kepada masalah seperti apa yang harus dipecahkan. Situasi ini mengandung komponen emosional dan intuitif.
  2. Fase Kedua. Melaksanakan pengawasan (control) yaitu usaha yang dilakukan oleh konselor untuk dapat meyakinkan individu agar bersedia mengikuti prosedur konseling dari awal hingga akhir sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
  3. Fase Ketiga. Mendorong individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan kecemasan yang dirasakannya selama ini. Pada fase ini konselor harus mengusahakan untuk dapat menemukan aspek-aspek kepribadian individu yang hilang.
  4. Fase Terakhir. Setelah terjadi pemahaman diri maka pada fase ini seharusnya individu  sudah menunjukkan ciri-ciri terintegrasinya atensi dan penyadaran, memiliki kepercayaan pada potensi yang dimiliki, sadar penuh tentang kondisi dirinya, bertanggung jawab atas perbuatannya dan menunjukkan tindakan-tindakan yang terarah pada aspek-aspek lingkungan yang relevan secara harmonis dan terpadu.


Kritik, saran maupun pujian tentunya akan sangat membantu penulis agar terus semangat 
dalam meningkatkan kemampuan untuk dapat membuat tulisan yang lebih baik kedepannya.
Terima kasih dan Semoga bermanfaat.
- Merinta Wira A

Referensi :

https://en.wikipedia.org/wiki/He_Loves_Me..._He_Loves_Me_Not_(film)

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB%20II.pdf

http://digilib.uinsa.ac.id/731/5/Bab%202.pdf

https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/altazkiah/article/download/1186/620/2176

https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/apa-itu-erotomania

https://didasadariksa.wordpress.com/2010/06/29/he-loves-me-he-loves-me-not/

https://pastipanji.wordpress.com/2009/11/01/erotomania/

No comments:

Post a Comment